Tuhan Menyertai Dalam Keterbatasan Kita
Sejak dari semula Tuhan memiliki rencana yang indah atas kehidupan Sarai yang dikemudian hari disebut Sara dan Abram disebut Abraham. Dia merancang kehidupan Sarai begitu istimewa: dianugerahi kecantikan yang luar biasa dan menjadi istri Abram, seorang yang dipilih Tuhan untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.
Bahkan kecantikan Sarai tidak luntur di usianya yang sudah lanjut sehingga Abram pun merasa was-was saat memutuskan untuk pergi ke Mesir.
Tertulis, "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah perempuan yang cantik parasnya. Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup." (Kej: 12:11-12).
Sedemikian cantiknya Sarai yang 66 tahun itu, sampai-sampai Firaun berniat untuk meminang Sarai; dan Abram mengkompromikan hal ini. Sesungguhnya hati Sarai begitu pilu ketika Abram, suami yang sangat ia sayangi dan percayai dalam hidupnya, tega "menjualnya" pada Firaun.
"...dan ketika punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, sehingga perempuan itu dibawa ke istananya." (Kejadian 12:15)
Dari "transaksi" ini Abram "...mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta." (Kej 12:16). Hal ini menunjukkan betapa Abram lebih mementingkan dirinya sendiri sekaligus takut kepada Firaun daripada menjaga perasaan isterinya.
Walaupun demikian, Abram adalah manusia biasa, yang bisa saja membuat kesalahan dan juga mengecewakan. Namun Tuhan lebih mengetahui isi hati Abram sehingga Ia bertindak menyelamatkan.
Alkitab menyatakan, "Tetapi TUHAN menimpakan tulah yang hebat kepada Firaun, demikian juga kepada seisi istananya, karena Sarai, isteri Abram itu." (Kejadian 12:17). Tuhan memberi tulah tersebut bukan sekedar untuk menghukum Firaun. Bisa dikatakan bahwa Firaun merupakan korban ketidakjujuran Abram.
Tuhan memberi tulah tersebut juga bukan sekedar untuk mengembalikan Sarai pada Abram, sebab Dia tidak membenarkan perbuatan suami yang "menjual" isterinya. Tuhan memberi tulah tersebut untuk menunjukkan tidak ada rencana-Nya yang gagal; Ia menyertai.
Menghadapi kesulitan dan jalan buntu, seringkali kita bertindak dalam ketakutan dan egois seperti Abram tetapi Tuhan tahu keterbatasan kita, Dia tahu isi hati kita, Dia selalu menolong saat kita tak berdaya dalam ketakutan itu; Dia menyertai.
Komentar
Posting Komentar