Pasangan Hidup Yang Sepadan
Setelah Tuhan Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, tercatat bahwa, "semuanya sungguh amat baik" (Kejadian 1:35). Tetapi kemudian Tuhan Allah melihat bahwa ternyata Adam hanya seorang diri saja dan itu tidak baik dalam pemandangan Allah. Tuhan Allah kemudian berfirman bahwa, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18).
Ternyata Adam sendiri saja tidak lengkap, tidak sempurna dan tidak baik sehingga kemudian Tuhan berinisiatif agar Adam memiliki pasangan hidup, maka dijadikannya Hawa dari rusuk Adam ketika ia tidur. Jadi pasangan Adam yang Tuhan beri adalah inisiatif dan rencana Allah sendiri sehingga Ia menjadikan pasangan Adam seorang wanita yang sempurna cocok, sesuai dan sepadan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata sepadan adalah mempunyai nilai (ukuran, arti, efek dan sebagainya) yang sama. Arti lainnya dari sepadan adalah sebanding (dengan).
Sepadan juga memiliki padanan kata dengan kesesuaian yang berarti seimbang, tidak harus sama persis, tetapi kesesuaian berarti berbeda namun bisa saling melengkapi dan menerima untuk mencapai tujuan Tuhan.
Adam, meski memiliki semua hal yang mungkin ia perlukan di dunia ini, tetapi tanpa Hawa maka di dalam dirinya ada kekosongan yang tidak terpuaskan, tidak lengkap dan "tidak baik" sesuai dengan kata Tuhan.
Hawa-lah yang dapat memenuhi kebutuhannya Adam yang kurang itu. Ia melengkapi Adam, seperti juga Tuhan telah menciptakan para isteri sekarang ini untuk melengkapi suami mereka melalui pernikahan.
Sehebat apapun para suami, jika tanpa isteri maka itu tidak baik, belum lengkap dan tidak seimbang. Sehingga ada ungkapan, dibalik suami yang sukses pasti ada isteri yang hebat.
Dua orang menjadi satu, disatukan dalam cita-cita, pikiran, arah, kehendak dan tujuan hidup sesuai rencana Allah bukan rencana manusia. Itulah sebabnya para single perlu menyatukan pikiran dan hati dengan calon pasangannya sebelum mereka melangkah dalam pernikahan tentu harus melibatkan Tuhan.
Banyak orang hanya bersatu secara fisik namun tidak pernah bersatu dalam roh. Tidak sedikit juga yang jatuh cinta hanya melihat rupa, tidak bertanya kepada Tuhan tentang siapa pasangan hidupnya sehingga kemudian berakhir penyesalan.
Tuhan memberi kita kebebasan untuk menjalin hubungan dengan seseorang tetapi salah satu syaratnya yaitu harus sepadan yang telah disebutkan di atas. Esensi sepadan adalah seiman atau ber-Tuhan-kan Yesus Kristus. Itulah sebabnya, baik Abraham maupun Ishak tidak menghendaki anak-anaknya menikah dengan perempuan Kanaan yang tidak ber Tuhan kan יהוה = YHWH (Kej 24:3; 28:1)
Walaupun demikian, perlu diperhatikan sesuai perkembangan zaman bahwa seiman itu baik tetapi alangkah lebih bagus apabila sepadan juga dalam hal tingkat kedewasaan iman
Bayangkan saja kalau setelah berumah tangga yang ada adalah pertengkaran atau kekerasan fisik atau perselingkuhan dan tindakan lainnya yang tidak diharapkan hanya karena salah satu atau keduanya belum dewasa dalam iman
Sepadan dalam hal iman dan pemahaman adalah sangat penting karena menyangkut tingkat pemahaman akan Tuhan dan kedewasaan iman yang berdampak pada karakter seseorang ketika menjalani rumah tangganya
Itulah pentingnya belajar firman Allah dan membangun komunikasi dengan Tuhan setiap hari agar dewasa dalam iman. Setidaknya ketika menghadapi kesukaran sudah ada dasar pemahaman bagaimana menghadapinya sesuai petunjuk firman Tuhan.
Banyak pula yang menikah dan kemudian baru menyadari bahwa orang yang telah ia nikahi itu punya rencana hidup yang berbeda atau karakter hidup yang buruk dan sulit berubah.
Karena itu perlu waktu untuk saling menjajaki dan saling mengenal satu sama lain bahkan menggumuli di dalam doa meminta tuntunan Tuhan sehingga tidak salah memilih pasangan hidup.
Penyesuaian diri itu sangat penting agar kita dapat mencapai sasaran yang tepat dalam sebuah pernikahan yang dikehendaki Allah!
Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Aner Abraham Nitti Runesi
Komentar
Posting Komentar