Anak-Anak Harus Hidup Takut Akan Tuhan
Tuhan mengaruniakan anak-anak ke dalam sebuah keluarga untuk diperhatikan, dirawat, dibesarkan dan dididik. Orangtua bertanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya secara jasmani dan rohani.
Itulah sebabnya dalam Alkitab dicatat demikian, "Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka." (Amsal 17:6).
Sering dijumpai orangtua memanjakan anak dengan materi yang berlimpah, karena mereka beranggapan bahwa dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan secara berlebih anak akan merasa bahagia dan nyaman.
Di satu sisi orangtua begitu sibuk dengan bisnis dan pekerjaannya, sampai-sampai mereka tidak punya waktu untuk anak-anaknya.
Anak pun menjadi kecewa, marah dan frustasi karena merasa kurang diperhatikan, sehingga mereka berusaha mencari kesenangan dan perhatian di luar rumah.
Akhirnya mereka terjebak dalam pergaulan yang salah. Padahal rasul Paulus memperingatkan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).
Juga ada banyak orangtua yang hanya concern terhadap kebutuhan jasmani anak-anak, dan cenderung mengutamakan pengetahuan umum dan prestasi akademik saja, namun kurang memperhatikan kebutuhan rohani anak-anakya.
Kebutuhan rohani yang dimaksudkan adalah menanamkan prinsip-prinsip Alkitabiah, mengajarkan firman Tuhan, serta memberikan teladan hidup bagaimana memiliki hati yang takut akan Tuhan. Dalam hal ini orangtua harus mampu menjalankan perannya sebagai pembimbing rohani bagi anak-anaknya.
Kehidupan keluarga imam Eli menjadi sebuah pelajaran berharga. Imam Eli tidak secara konsisten menegur dan memperingatkan anak-anaknya (Hofni dan Pinehas), walaupun jelas-jelas mereka telah berlaku dursila dan tidak mengindahkan Tuhan. (1 Samuel 2:22-25)
Imam Eli tidak berlaku tegas kepada anak-anaknya sebagaimana yang diakatakan dalam Alkitab, "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24), sebab "Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan..." (Amsal 29:15).
Akhirnya Tuhan menghukum keluarga Iman Eli terutama anak-anaknya harus mati terbunuh di tangan musuh sesuai peringatan Tuhan sebelumnya, "Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka!" (1 Samuel 3:13)
Kasih dan teguran haruslah berjalan seimbang. Mendidik dan mengajarkan firman Tuhan kepada anak harus dilakukan sejak dini. Ini adalah langkah yang tepat untuk mempersiapkan generasi yang takut akan Tuhan.
Orangtua juga harus menjadikan rumahnya sebagai tempat pendidikan rohani dan mezbah doa, tempat bagi anggota keluarga bersekutu, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, mempraktekkan ajaran firman Tuhan. Melalui keteladanan hidup orangtua, anak-anak akan mengikuti jejaknya.
Pendidikan rohani yang dimulai dari gereja inti (keluarga) akan membentuk anak-anak menjadi generasi-generasi masa depan yang menggenapkan rencana Tuhan.
Musa memperingatkan para orangtua agar bersungguh-sungguh memersiapkan generasi yang kudus, takut akan Tuhan, dan generasi yang memiliki hati untuk melayani Tuhan, dengan cara mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya; bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi berulang-ulang, kapan pun dan di mana pun berada. Artinya di setiap kesempatan, bersifat terus-menerus, dan konsisten.
"Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun;" (Ulangan 11:19)
Tuhan Yesus memberkati
Komentar
Posting Komentar