Suami Dua Tahun Sakit

Suami masuk rumah sakit  karena mengalami sakit yang sampai hari ini saya tidak tahu sakitnya apa. Hanya yang saya tahu bahwa setiap hari dari bulan  pebruari 2011 s/d september 2012 itu bobot tubuhnya semakin merosot dari hari ke sehari. 

Bisa dibayangkan dari berat badan 58 kg turun perlahan hingga 38 kg, sehigga anak kami yg pertama selalu berkomentar kalau papinya sudah seperti kakek-kakek. Miris hati ini mendengarnya tapi itulah kenyataannya. 

Sebenarnya suami bersikeras kalau tidak mau berobat ke rumah sakit karena pasti sembuh, itu iman suami saya saat itu tapi bagi saya seorang isteri yang iman saya belum sampai ke sana tidak sanggup melihat keadaan suami saya. Saya sampai berkata boleh ada iman tapi kita juga harus pake hikmat suatu alasan karena kekurangpercayaan saya saja.

Lewat saran dan permintaan yang agak mendesak dari saya dan adik suami saya Elisember Runesi dan suaminya Shinzuke Kakisono akhirnya saya antar suami ke Jakarta untuk berobat di sebuah rumah sakit Budha di daerah Cengkareng atas rekomendasi adik ipar saya.

Satu minggu berobat di Jakarta, hasilnya nihil walau telah melakukan pemeriksaan darah, air liur dan ronsen. Dokter mengatakan bahwa tidak ada penyakit. Dengan lemas suami saya dengan travel pulang sendiri ke bandung dengan napas terengah-engah karena tidak kuat berjalan; kalaupun sanggup hanya bisa sepuluh meter dan berhenti untuk istirahat baru melanjutkan lagi.

Sesampai di Cimahi saya tidak putus aza dan lewat seorang hamba Tuhan ibu Pdt. Henokh suami saya mengkonsumsi ramuan herbal selama satu bulan lewat seorang dokter di daerah Gunung Batu Bandung tetapi ternyata tidak mempan juga, malahan suami saya tambah menderita, sungguh hati ini menagis sampai tiap malam saya melirik suami saya apa masih hidup atau tidak, benar-benar kalut dan tidak sanggup melihat keadaan suami saya.

Karena keadaan suami semakin parah dengan makanan yang tidak bisa ia makan, kalaupun terpaksa makan akan dimuntahkan lagi sehingga akhirnya saya bersama suami dan gembala senior yang juga ketua sinode GKKI saat itu, Pdt. Yohanes Suprandono mengantarkan suami ke rumah sakit Imanuel Bandung untuk diperiksa.

Lewat USG ternyata ada tiga benjolan dalam perut suami saya yang atas anjuran dokter bedah saat itu dr. Selonan Sp. B harus dioperasi

Atas saran juga dr. Selonan suami saya langsung saya bawa ke rumah sakit St. Boromeus Bandung untuk dioperasi di sana. 

Untuk operasi maka suami saya diharuskan rawat inap sambil pemeriksaan intensif dari beberapa dokter spesialis yaitu penyakit dalam dan paruยฒ.

Sebagai isteri, saya bingung. Uang dari mana kalau sampai suami di oprasi? Tagihan Penginapan + obat2an saja sudah setiap pagi di sodorin kepada saya. Tetapi tanpa pikir panjang, saya mengiyakan, saya masih ingat  hari itu selasa sore seorang suster menghampiri saya dan mengatakan bahwa besok ada jadwal oprasi jadi mulai pagi jam 5 subuh sampai jam 11.00 siang bapak harus puasa. 

Singkat cerita keesokan harinya suami menjalani puasa namun sebelum jam 11 siang, seorang suster menghampiri saya lagi dan mengatakan bahwa oprasi hari ini ditunda karena ada salah satu dokter yg berhalangan. 

Hari ke dua, dijadwalkan lagi untuk oprasi dan diharuskan untuk puasa. Namun lagi-lagi hal yg sama terjadi lagi karena katanya ada beberapa pertimbangan. Mendengar hal tersebut suami saya berkata, "kalau besok hal yang sama terjadi yaitu ditunda lagi berarti saya sudah sembuh". Saya dan suami kemudian bergandengan tangan dan berdoa mengimani perkataan suami saya.

Akhirnya sy mencoba menemui dokter yg menangani suami, sy katakan, "dok...kenapa jadwal operasi untuk suami saya selalu di tunda?". Dokter tidak menjawab, beliau hanya mengatakan, "ibu terus berdoa ya dan sabar sambil menunggu hasil LAB".

Hari ke tiga dijadwalkan lagi untuk oprasi dan dijadwal yang ketiga ini, saya sudah mulai pasrah.  Saya katakan, kalau ada oprasi silahkan kalau tidak ada yah sudahlah... (perlu diketahui bhw ketika selama puasa, suami sungguh menderita. Sudah kurus puasa lagi, tambah lemas tak berdaya).  

Puasa lagi hari ke-3 mulai dari jam 06:00 pagi sampai jam 01:00 siang. Ketika jarum jam sudah hampir menunjuk angka 02:00 siang,  belum juga ada tanda-tanda untuk masuk ruang oprasi. Namun selama itu juga saya dan suami bersama adik kami Elisember Runesi yang datang dari Jakarta menemani saat itu tak henti-hentinya berdoa, jg gembala senior kami yang terus memantau walau hanya melalui telepon. 

Saya juga menghubungi beberapa teman hamba-hamba Tuhan, keluarga, para sahabat untuk terus mendukung kami dalam doa. Jam 14:00 tepat dokter memanggil saya dan menjelaskan semuanya kepada saya serta membawa semua hasil pemeriksaan dari hari senin - kamis. 

Dari pembicaraan kami akhirnya dokter berkata kepada saya, "kalau ibu mau merawat bapak di rumah silahkan karena benjolan yang ada dalam perut bapak sudah tidak ditemukan lagi alias tidak ada.... HALELUYA...  PUJI TUHAN!!! MUJIZAT TERJADI... Kuasa doa sungguh nyata (Yakobus 5:16). 

Hari itu juga sudah menjelang magrib, suami saya bawa pulang ke rumah dan terus kami doakan sambil terus dikontrol dan pengobatan pernapasan yang masih sesak. 

Tetapi puji Tuhan, sejak hari itu pemulihan terus terjadi sampai suami benar-benar pulih. Sampai hari ini suami saya sehat wal'afiat tanpa kekurangan sesuatu apapun, berat kembali normal seperti semula. 

Dua tahun kemudian kami mulai merintis gereja dari nol di Kota Cimahi yang hingga kini kami layani swbagai gembala jemaat. Sungguh Tuhan ajaib, pergumulan yang berat Ia ijinkan kami alami agar kami belajar bergantung sepenuhnya kepada Dia. Menanggalkan segala sesuatu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan sebelum menggemban tugas yang agung dan mulia dari Dia pemilik gereja. 

Hari ini kami terus melayani Tuhan dan menggembalakan jemaat yg ada di kota Cimahi - Jawa Barat. Tuhan Yesus sungguh baik teramat baik tak dapat kami balas kebaikanNya. Kasih setia dan kemurahanNya kekal untuk selamanya.

1.  Terima kasih kepada Bapa  Pemilik Kehidupan Tuhan Yesus Kristus
2. Terima kasih kepada Gembala senior Pdt. Yohanes Suprandono dan ibu serta tim gembala
3. Terima kasih kepada teman-teman hamba Tuhan di JES Ministri Bandung
4. Terima kasih kepada keluarga tercinta dan para sahabat seiman
5.  Terima kasih kepada kedua anak kami Joice dan Dean yg selama papinya sakit, mereka sungguh mengerti walau mereka masih di usia yg masih dini namun mereka juga selalu mendoakan papi mereka dan lebih penting mereka tidak rewel. Glory hanya bagi Yesus saja.

Suamiku tercinta๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜˜...  Lope yu ya๐Ÿ’‹๐Ÿ’‹๐Ÿ’‹๐Ÿ’‹

By. Yurlina Zendrato

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUT PERDANA FORSA

FAKTA! AMARASI DIJAJAH BELANDA HANYA 190 TAHUN

Kisah Ibu Tunggal Dengan Empat Anaknya