Sejarah Singkat Sonkiku Cikal Bakal Kelurahan Sonraen

Sonkiku adalah sebutan wilayah ketemukungan yang ditempati 6 suku yang masuk ke wilayah ini untuk pertama kalinya tidak bersamaan dan menempati bagiannya masing² sebelum Nai Rasi masuk Amarasi 

Enam suku itu antara lain Nenoharan, Seran, Beti, Bana, Mnahonin serta Bonat 

1. Nenoharan menempati Tubumnanu
2. Seran menempati Puamob
3. Beti dan Bana menempati pusat Sonkiku
4. Bonat menempati Bireo 
5. Sedangkan Oeketun, Bireno dan Hinmat di tempati oleh marga Mnahonin

Selain ke-6 suku ini adalah para pendatang sesudahnya atas inisiatif Raja Koroh seperti Taopan, Kaseh, Neparasi, Reo yang menempati wilayah antara Sonkiku dan Buraen yaitu ketemukungan Teunraen ketika Sonaf Buraen berdiri yang merupakan cikal bakal berdirinya kecamatan Amarasi ketika itu. 

Sonkiku sendiri adalah wilayah dibawah kuasa suku Bana sebelum Nai Rasi masuk Amarasi tetapi tidak sampai menempati pusat Sonkiku sedangkan suku yang pertama kali menempati pusat Sonkiku adalah marga Beti atas ijin suku Bana

Tahun 1400an wilayah ini secara umum sudah ditempati tanpa dijajah atau diperintah oleh raja manapun karena suku Bana ini berdiri otonom seperti halnya Bureni, Teuf dan Honin. Bahkan sesuai tutur Andreas Seran pemegang "kunci" Sonkiku bahwa Sonkiku diperintah sebanyak 24 Nakaf sampai tahun 1968

Nama Sonkiku adalah sebutan ketemukungan sekaligus pusat dari wilayah kelima suku yang disebutkan di atas... 

Jika menyebut Sonkiku berarti mewakili ke-6 wilayah tersebut walaupun sampai tahun 1968 wilayah tersebut mengalami perubahan karena bertambahnya suku pendatang yang mendiami beberapa bagian wilayah Sonkiku yang masih kosong

Arti Sonkiku

Sonkiku bukan Sonaf Kiku dan sama sekali bukan nama sebuah istana dan tidak ada raja yang tinggal di sana

Sonkiku adalah nama mata air yang oleh Usfinit dilebih-lebihkan karena konon katanya di Sonkiku itu tempat berdiam Usi Riunesi (baca= Runesi) dan ketika Usi Po Neno singgah di sana ketika menuju perang Penfui 1749, katanya, beliau menancapkan pedangnya sehingga keluar mata air dan mata itulah Sonkiku

Hal ini sama sekali tidak benar karena mata air yang dekat dengan tempat ritual bukan Sonkiku tetapi mata air "Bi Kita" sekitar 100 meter dari tempat ritual sedangkan Sonkiku berjarak sekitar 1 km dari pusat ritual Batmon

Dan perlu diketahui bahwa ketika Runesi masuk Sonkiku nama Sonkiku dan "Bi kita" sudah ada 

Sonkiku adalah sebutan dari kata "Son'itu" dan "Kiku" (pagi hari). "Son'itu" adalah sejenis nama burung yang kedapatan basah saat pagi hari (Kiku) yaitu saat matahari baru terbit dan "Son'itu" mengibaskan sayapnya karena basah kuyup bermain air 

Hal itu dilakukan berulang-ulang setiap pagi dengan pergi membasahi tubuhnya pada mata air kemudian terbang pada dahan pohon dekat mata air sehingga Am Hitu (Beti) yang menempati wilayah itu pertama kali mencoba mengamati dan mengikuti burung itu di mana gerangan ia mendapatkan air sehingga ia mengibaskan bulu pada tubuh dan sayapnya yang berair itu berulang-ulang untuk mengeringkannya?

Ketika Am Hitu mengikutinya maka ternyata burung itu membasahi tubuhnya pada mata air tempat di mana burung itu berbasah-basahan setiap paginya

Sehingga sejak saat itulah mata air itu diberi nama Sonkiku artinya mata air yang ditemukan oleh burung "Son'itu" di pagi hari. Mata air itu masih ada hingga hari ini sekaligus menjadi nama wilayah itu

Sonkiku Kini

Tahun 1968 ketemukungan Sonkiku berpusat di "Tua Teta" yang berjarak kurang lebih 4 km dari Sonkiku dan Temukung saat itu adalah dari marga Nenoharan yang merupakan temukung terakhir 

Dan pada tahun yang sama pula beralihnya masa ketemukungan ke sistem desa adminitratif sehingga kemudian pusat pemerintahan berpindah wilayah

Atas instruksi dari Raja terakhir Amarasi sekaligus camat pertama Amarasi Viktor HR Koroh, maka kelima suku yang mendiami ketemukungan Sonkiku pindah ke wilayah baru yaitu Teunraen

Menempati wilayah baru maka nama ketemukungan Sonkiku mengalami perubahan sesuai statusnya yang baru pula yaitu desa administratif sehingga kemudian digabunglah ketemukungan Sonkiku dan ketemukungan Teunraen menjadi satu nama yaitu SONRAEN. Kata SON diambil dari SONkiku sedangkan RAEN diambil dari kata teunRAEN sehingga jadilah SONRAEN 

Kepala desa pertama yaitu Nitanel Runesi menjabat sampai tahun 1982 kemudian diganti oleh iparnya Nikodemus Masneno selama dua periode sampai 1992 dan kemudian diganti lagi oleh Nitanel Runesi sampai bulan januari tahun 1998 karena meninggal dunia sehingga jabatan sementara sebagai kepala desa saat itu sebagai pelaksana tugas (plt) adalah David Tenis sampai tahun 1999

Tahun 1999 status desa Sonraen beralih menjadi kelurahan yang dipimpin oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga saat ini sekaligus masuk dalam wilayah kecamatan Amarasi Selatan ketika Amarasi dimekarkan menjadi 4 kecamatan

Demikian sejarah singkat Sonkiku, kiranya bermanfaat

Tuhan Yesus memberkati

Bandung, 21 Pebruari 2018

Penulis: Aner Abraham Nitti Runesi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yaret Taopan Sang Jawara Dari Amarasi Selatan

Empat Bagian Mendasar Yang Harus Diketahui Orang Yang Melayani Tuhan

Legenda Ikan Foti