Tetap Tenang menghadapi Pergumulan

Orang-orang yang teraniaya dan diperlakukan tidak adil biasanya menuntut keadilan. Mereka akan protes, berteriak, melakukan demonstrasi dan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan dirinya benar dan tak sepantasnya menerima perlakuan yang tidak adil. Apalagi jika dihina. 

Tidak ada orang yang suka dihina. Hinaan seringkali lebih menusuk daripada tikaman sebuah pedang. 

Yesus mengalami kondisi demikian, Ia dihina dan direndahkan, dilucuti dan dianiaya. Mungkin saja itu terjadi atas kita maka akan ada protes dan mengajukan gugatan sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan dan penghinaan. Kenyataannya, tak satu kata dan keluhan yang terucap dari mulut Yesus.

Yesus terlihat diam saat dianiaya. Bukan karena Ia tidak berdaya. Sebagai Putra Allah, Yesus memiliki kuasa untuk menghancurkan para musuh-Nya. Ia dapat menggunakan kekuatan-Nya untuk melepaskan diri-Nya dari penganiayaan, penghinaan, dan bahkan kematian di atas kayu salib. 

Namun, Dia memilih untuk tidak melakukannya. Dia memilih jalan salib untuk menebus dosa manusia. Ia memilih diam, seperti domba kelu dibawa ke pembantaian.

Dalam nubuat Yesaya dijelaskan mengapa Yesus diam, yaitu dalam rangka menggenapi nubuat mengenai Hamba Tuhan yang menderita: "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya." (Yesaya 53:7).

Ketika kita mengalami pergumulan berat, belajarlah seperti Yesus untuk bersikap tenang. Mengapa kita harus tetap bersikap tenang? Karena ketenangan dapat mendatangkan kekuatan. "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." (Yesaya 30:15). 

Orang yang mampu bersikap tenang akan dapat menghadapi segala persoalan. Kita seringkali dikalahkan oleh masalah, bukan karena kita terlalu lemah, atau masalahnya terlalu berat, tetapi karena kita sendiri panik, gugup, cemas, kuatir dan takut. 

Orang yang tidak bisa bersikap tenang cenderung selalu berpikiran negatif sehingga keputusan-keputusan yang diambil pun menjadi keliru. 

Orang yang tenang, dalam doanya bukan hanya menyampaikan apa yang ia mau kepada Tuhan, tetapi juga mendengar apa yang menjadi kehendak Tuhan.

Bersikap tenang, berdiam dirilah di hadapan Tuhan, dan carilah kehendak-Nya, niscaya kita akan memperoleh jawaban-Nya.

Tuhan Yesus memberkati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUT PERDANA FORSA

FAKTA! AMARASI DIJAJAH BELANDA HANYA 190 TAHUN

Kisah Ibu Tunggal Dengan Empat Anaknya