Penyesalan Disertai Pertobatan
Kita tidak akan tahu betapa berartinya sesuatu sebelum kita kehilangan hal tersebut. Ungkapan tersebut bila disingkat mungkin cocok dengan kata menyesal.
Menyesal tidak pernah datang di awal, ia selalu datang di akhir ketika sesuatu telah terjadi. Kita semua tentu pernah merasakan penyesalan dalam hidup kita, entah mengenai pekerjaan hidup kita, entah hubungan dengan seseorang, dan masih banyak lagi.
Apakah penyesalan dapat membuat sesuatu menjadi lebih baik? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tergantung dari tindakan apa yang dilakukan setelah perasaan menyesal itu datang.
Yudas, bagi banyak orang Kristen, mungkin merupakan salah satu tokoh yang paling tidak disukai. Hal tersebut karena dia adalah murid Yesus yang mengkhianati-Nya dengan menjual Sang Guru kepada para imam dan tua-tua dengan harga 30 keping perak.
Ia menjual Tuhannya demi memenuhi keinginan nafsu duniawinya. Namun ada yang menarik dari kisah Yudas ini.
Setelah ia melihat Gurunya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati, Yudas menyesal. Dalam penyesalan, ia mengembalikan "uang darah" yang diterimanya.
Sayangnya hanya sampai di situ. Penyesalan Yudas ini tidak diteruskan dengan pertobatan, melainkan dengan menggantung diri sampai mati.
Menyesal pada dasarnya baik. Menyesal berarti mengakui kesalahan. Namun, penyesalan yang tidak ditindaklanjuti dengan tindakan berubah tentu tidak ada gunanya.
Apalagi jika penyesalan disertai keputusasaan, malah dapat berakibat buruk bagi hidup kita.
Apabila kita melakukan kesalahan, menyesal saja tidaklah cukup, harus disertai pertobatan.
Bertobat artinya merubah diri dan arah hidup. Dari berbuat kesalahan, menjadi melakukan yang benar. Dari mengandalkan kekuatan sendiri, menjadi mengandalkan Tuhan. Perubahan yang diinginkan terjadi bukan karena bersandar pada kekuatan diri sendiri, melainkan karena bersandarkan pada kekuatanTuhan.
Tuhan Yesus memberkati
Komentar
Posting Komentar