Hati Yang Paham Menimbang Segala Perkara
Setiap keputusan memerlukan pertimbangan yaitu memikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan dan resiko dari setiap yang akan dilakukan dan atau dikatakan. Pertimbangan bisa datang dari pihak luar tetapi setiap orang harus mempunyai nilai pertimbangan untuk setiap perkara pada dirinya sendiri.
Pertimbangan menuntut kebijaksanaan yaitu ucapan dan tindakan (yang lahir dari hati dan pikiran yang terus mengutamakan sisi kebenaran dan kebaikan) yang selalu bermanfaat bagi orang lain dan bagi diri sendiri.
Lebih jauh Musa pernah berdoa demikian, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12)
Pertimbangan tidak terlepas dari hikmat yang dimiliki seseorang. Hikmat bukan soal pengetahuan teoritis yang sering kita sebut sebagai IQ. Hikmat lebih bersifat praktis, ketika seseorang membuat keputusan, dan berhasil mencapai apa yang dikehendaki, atau yang menjadi tujuannya.
Jadi hikmat yang bersumber dari Allah bukan sebuah kemampuan pikir yang membuat seseorang disebut pintar. Tapi sangat berkaitan dengan kedewasaan dan pengalaman kehidupan. Hikmat terletak pada sikap hati yang kemudian mengetahui tindakan terbaik dan benar untuk dilakukan.
"Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raja-raja 3:9)
Pertimbangan dan kebijaksanaan paling baik yang dimiliki manusia adalah selalu berserah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala perkara.
Sebagian orang salah langkah, mengalami berbagai duka dan terikat dengan dosa karena tidak berserah dan bergantung pada Allah. Mereka bergantung pada hikmat manusia yang terbatas.
"Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian." (Ayub 12:13)
Tuhan Yesus memberkati
Komentar
Posting Komentar