Bijak Memilih Teman

Heinrich Himmler lahir tahun 1900 di Munich Jerman. Awalnya ia bercita-cita menjadi petani dan sarjana bidang agronomi.

Namun, ia kemudian ikut bertempur dalam Perang Dunia I dan terlibat dalam berbagai organisasi tentara. Di situ ia bertemu dengan Hitler dan mengambil bagian dalam usaha Hitler menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923.

Atas jasanya itu bukan saja diberi tugas sebagai kepala polisi rahasia, tetapi juga kemudian didapuk sebagai menteri dalam negeri oleh Hitler.

Mula-mula Himmler mendapat kekuasaan penuh. Namun, setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II, Himmler ditangkap, diadili, dan dijatuhi hukuman mati.

Padahal Himmler sebelum ditangkap ia telah menyadari kekeliruannya dan berusaha menyelamatkan diri namun usahanya itu gagal

Sebelum dieksekusi, ia memilih menelan kapsul sianida -- bunuh diri.

Pribadi yang awalnya punya cita-cita baik, namun karena bertemu orang yang salah, hidupnya berakhir secara sia-sia.

Dalam kisah raja Israel, Yosafat pun mengalami hal yang serupa. Mulanya ia raja Yehuda yang takut akan Tuhan. Ia menjauhkan bukit pengorbanan dan tiang berhala. Ia juga memerintahkan beberapa pegawai untuk mengajarkan Taurat di semua kota di Yehuda. 

Karena sikapnya itu, Allah pun membuat ia disegani oleh negeri-negeri di sekelilingnya. Sayang, ketika makin kaya dan terhormat, Yosafat memilih besan yang salah, yaitu Ahab yang fasik. Bahkan, ia bergabung dengan sekutu yang salah pula -- Ahazia, raja Israel yang fasik perbuatannya.

Firman Allah dengan tegas menyatakan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (Korintus 15:33). Ingatlah, orang-orang di sekitar kita dapat mendukung kita naik atau sebaliknya, menyeret kita turun. Jadi, pastikan kita bijak dalam memilih dengan siapa kita berteman.

Tuhan Yesus memberkati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUT PERDANA FORSA

FAKTA! AMARASI DIJAJAH BELANDA HANYA 190 TAHUN

Kisah Ibu Tunggal Dengan Empat Anaknya